Sabtu, 30 September 2017

Danau Sidihoni

Salah satu tempat wisata unik di Sumatera utara, Jika biasa nya ada sungai di dalam sebuah laut di Sumatera jugak ada Wisata Alam yang tidak kalah menarik masih dari wisata air jugak kok, ada Danau di atas Danau, iyaaa benar sekali "Danau Sidihoni" tepat namanya

Jadi ceritanya begini. Ada sebuah gunung. Di puncak gunung tersebut ada danau yang sangat besar sekali. Di danau tersebut, ada pulau yang bergunung-gunung. Nah, diatas gunung-gunung di pulau itulah ada danau. Lebih kurang demikianlah penggambaran tentang Danau Sidihoni (dalam bahasa Batak disebut sebagai Tao Sidihoni), sang danau diatas danau. Keunikan Samosir yang susah didapatkan di daerah lainnya.
Danau Sidihoni merupakan salah satu ciri khas dari pariwisata Danau Toba, Sumatera Utara. Selama ini, masyarakat awam hanya mengenal Parapat sebagai tempat paling oke untuk menikmati Toba, padahal Parapat ini hanya 40%nya Toba saja. Masyarakat juga sering mencukupkan diri untuk sekedar mengunjungi Tomok, Tuktuk Siadong, Makam Raja-Raja, Museum Batak, dan mencicipi BPK jika pergi ke Samosir. Padahal di Kecamatan Pangururan, yang berada di sisi barat Pulau Samosir, menyimpan banyak sekali objek wisata: Tao Sidihoni, Tele, Air Terjun Efrata, Air Terjun Rasa Jeruk, Pantai Pasir Putih Parbaba, dan Pemandian Air Panas (sayang sekali, dari semuanya itu yang saya kunjungi cuma Tao Sidihoni dan Pasir Putih Parbaba).
Kembali lagi ke Tao Sidihoni.


Dimana letak Tao Sidihoni?

Tao Sidihoni sebenarnya tidak secara persis terletak di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Tao Sidihoni sebenarnya masuk di wilayah Kecamatan Ronggur Nihuta. Hanya saja aksesnya paling dekat dari pusat Kecamatan Pangururan, 5 km saja atau dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 15 menit dengan sepeda motor. Dari Tomok atau Tuktuk Siadong, Tao Sidihoni berjarak sekitar 40 km dengan waktu tempuh lebih kurang 45 menit-1 jam dengan menggunakan sepeda motor.


Bagaimana caranya menuju Tao Sidihoni?


Dari Medan ada 2 pilihan: menuju Parapat terlebih dahulu dan menggunakan penyeberangan Lopo Parindo lewat Tiga Raja atau dengan Kapal LCT dari Pelabuhan Ajibata, atau mungkin langsung menuju Pangururan dengan menggunakan armada Bis atau L300 Samosir Pribumi atau Dairi. Samosir Pribumi bis memiliki rute Pekanbaru-Siantar-Ajibata-Pangururan dan Medan-Siantar-Ajibata-Pangururan, kedua-duanya via Ferry LCT Ajibata-Tomok dengan waktu tempuh Medan-Pangururan sekitar 6-7 jam. Sedangkan L300 Samosir Pribumi dan Dairi melayani rute Medan (Simpang Pos)-Berastagi-Kabanjahe-Pangururan dengan waktu tempuh Medan-Pangururan sekitar 7-8 jam. Bedanya, view yang ditawarkan lebih bagus via Berastagi-Kabanjahe daripada via Siantar.

Sesampainya di Pangururan, satu-satunya pilihan untuk menuju Tao Sidihoni adalah Ojek atau naik becak. Jangan khawatir, semua becak di Pangururan adalah becak motor. Biasanya tarif yang ditawarkan tidak terlalu mahal karena Tao Sidihoni tidak terlalu jauh dari Pangururan. Dari Pangururan ini akan melewati jalan yang lumayan berkelok tapi tidak menanjak tajam. Dari arah belakang akan terlihat pemandangan Danau Toba di sisi barat yang tidak kalah eksotis dengan pemandangan di sisi timur.

Jika Anda memilih berangkat dari Tomok dengan charter sepeda motor atau dengan menaiki armada Sampri Bison (biasanya menyediakan rute Tomok-Pangururan dengan frekuensi yang jarang), maka Anda akan disuguhi pemandangan yang begitu indah sepanjang jalan menyusuri sisi timur Pulau Samosir yang berhadapan langsung dengan deretan pegunungan di Parapat.


Berapa biaya masuk ke Tao Sidihoni?


GRATIS! Tidak dipungut biaya. Anda bisa masuk, keluar, berfoto ria sampai capek di Tao Sidihoni. Pun kalau Anda tersesat, Anda tanya kepada warga sekitar dan warga sekitar akan memberi tahu Anda dengan sukarela. Meskipun demikian, sedikit orang yang tahu tentang Tao Sidihoni ini. Mungkin hanya orang Pangururan saja yang tau keberadaan Tao Sidihoni. Inilah sebabnya Tao Sidihoni cukup jarang dikunjungi. Petunjuk yang kurang jelas juga karena akses yang jauh dari pusat icon pariwisata Samosir di Tuktuk Siadong.



Ada apa saja di Tao Sidihoni?


Bagi Anda yang tidak hobi berada di alam, Tao Sidihoni akan sangat mengecewakan Anda karena tidak ada sarana bebek-bebekan, speed boat, banana boat, rafting, atau game-game lainnya. Tao Sidihoni hanya menyediakan pemandangan alam yang sangat alami, asri, tenang, hening, dan membuat hati tenang. Kalau saya bilang, hampir mirip dengan Ranu Pane, tapi jauh lebih bagus Tao Sidihoni karena lebih alami, lebih sedikit pemukiman di sekitarnya, dan masih banyak rerumputan yang menghijau di kanan kiri danau. Sapi dan kerbau juga cukup banyak berkeliaran di Tao Sidihoni, menambah suasana alami di Tao Sidihoni.



Kapan waktu paling bagus menikmati Tao Sidihoni?

Kalau menurut saya, waktu paling bagus adalah pagi hari dan sore hari karena Tao Sidihoni ini sangat terbuka, jarang ada pepohonan. Kalau siang hari panas sekali. Untuk melihat sunrise ataupun sunset, Tao Sidihoni ini sangat ideal karena danaunya membentang dari barat ke timur.





Penasaran? Karena gunung diatas gunung sudah mainstream, maka danau di atas danau sudah saatnya menjadi pilihan. Hanya di Tao Sidihoni, Ronggur Nihuta, Sumatera Utara, IndONEsia!

Selasa, 26 September 2017

Bukit Gajah Bobok

Bukit Gajah Bobok

 ​Kota Medan merupakan salah satu kota besar yang ada Indonesia. Bahkan bisa dibilang Medan merupakan kota metropolitan yang dipenuhi dengan segala aktifitas manusia yang berlalu lalang dengan segala kepentingan yang dimiliki masing-masing manusia. Maka layaknya kota-kota besar di Indonesia, tidak mengherankan jika Medan selalu dipenuhi dengan kemacetan, kesemerautan dan berbagai kesibukan lainnya yang tidak jarang membuat ketenangan seseorang terganggu. Dan salah satu cara untuk mengurangi kepenatan yang timbul bisa dengan berlibur ke daerah-daerah yang lebih senggang. Selain itu kegiatan berkemah juga bisa menjadi solusi bagi orang yang ingin menikmati segarnya alam.

Jika Sibolangit, Gunung Sinabung, Air Terjun Dwi Warna atau Gunung Sibuatan telah terlalu banyak dikunjungi atau merasa terlalu berat untuk dikunjungi, maka Bukit Gajah Bobok di Desa Merek Kabupaten Karo bisa menjadi alternatif  untuk mengasingkan diri sejenak. Bukit yang terletak di Jalan Lintas Kaban Jahe-Sidikalang ini  menawarkan pesona pemandangan yang tidak kalah menenangkan dibandingkan tempat-tempat lain. Jaraknya yang berkisar 103 KM dari Medan dapat ditempuh selama 3 jam perjalanan darat. Jalan masuk menuju Bukit Gajah Bobok ini tepatnya hanya berjarak sekitar 2 KM dari Simpang 3 Merek. Dan setelah sampai pada jalan masuk tersebut, pengunjung tinggal berjarak lebih kurang lebih 20 menit untuk sampai ke Puncak Bukit Gajah Bobok melalui jalan perkebunan disekitaran Bukit.

Tempat ini dinamai dengan Gajah Bobok karena dua bukit tertinggi terlihat seperti gajah yang sedang tertidur jika dilihat dari Jalan Lintas Kaban Jahe-Sidikalang. Ditambah dengan belalai yang sesungguhnya jalan menuju bukit, semakin menampakkah Gajah yang sedang beristirahat. Bukit Gajah Bobok ini sendiri baru aktif dikunjungi oleh para pengunjung sekitar 1 tahun. Sehingga tidak heran, yang mengelola tempat ini masih warga sekitar. Tidak ada biaya masuk resmi yang tertera di posko kedatangan Bukit Gajah Bobok ini. Hanya ketika kami terakhir kali kami berkunjung pada tanggal 28 Agustus, warga setempat mengutip biaya restribusi sebesar Rp. 7500 per orang.
Pada malam hari dengan catatan langit sedang cerah, pengunjung dapat menikmati keindahan kerlip bintang yang bertaburan. Bintang-bintang yang bersinar indah bagai memberi kesan ketanangan yang mungkin sulit ditemui ditengah hiruk pikuk kota metropolitan. Ditambah dengan sejuknya udara yang ada, makin membuat pengunjung merasa dimanjakan oleh alam.

Menjelang pagi, jika beruntung para pengunjung bisa menikmati terbitnya matahari dari ufuk timur. Gejala alam yang menjadi pertanda dimulainya hari tentunya membuat jiwa pengunjung kembali bersemangat untuk menjalankan segala aktifitas ketika kembali ke Medan. Ditambah dengan apiknya kreasi manusia yang berwujud salah satu resort mewah yang ada di Sumatera Utara, menggelitik pengunjung untuk berkunjung ketempat tersebut. Belum lagi ketika mata memandang indahnya sisi lain Danau Toba yang terbentang luas dan Bukit Sipiso-Piso yang menjulang gagah membuat kita tak lupa mengucapkan kebesaran Tuhan yang telah menciptakan bumi dengan segala isinya. Praktis pemandangan tersebut menjadi sasaran empuk bagi pengunjung untuk mengabadikan momen-momen yang mungkin jarang bisa dikunjungi.
Dengan segala keindahannya, Bukit Gajah Bobok sudah selayaknya menjadi salah satu destinasi berkemah dan menyegarkan diri. Perjalanan yang relatif cukup mudah diakses dengan tawaran pemandangan yang mampu mempesona mata dan pikiran, membuat tempat ini diprediksi menjadi salah satu destinasi favorit pengunjung. Namun demi menjaga keindahan dan kelestariannya, pengunjung pastinya wajib menjaga keberlangsungan bukit tersebut. Dan yang paling utama adalah dengan menjaga kebersihan disekitar wilayah tersebut untuk tetap membuat Bukit Gajah Bobok sebagai destinasi yang potensial untuk menenangkan pikiran dan meninggalkan sejenak rutinitas yang menjadi makanan sehari-hari.

Selasa, 19 September 2017

Paropo Silalahi

Paropo Punya Cerita


 
Ada waktu dimana rasa rindu suasana camping itu datang, menikmati sunyi malam disuatu tempat yang jauh dari riuh perkotaan. Ini yang kurasa, setelah beberapa bulan tidak merasakan yang namanya camping lagi. Akhirnya pada liburan akhir tahun 2015, aku bersama sahabat pergi ke suatu desa di pinggiran danau toba untuk sekedar melepas rasa penat. Desa Silalahi, menjadi tujuan kala itu. Saya berserta sahabat yaitu Eko, Ramli dan Barik, kami pun Bergerak dari medan tanggal 24 Desember 2015, sekitar jam 12 siang, dengan mengendarai sepeda motor dan berboncengan. Meskipun hari libur, jalanan tidaklah ramai maupun macet. Udara dingin dan sejuk pegunungan sibolangit, suasana yang sudah lama tidak dirasakan, karena sudah beberapa bulan tidak melintas kearah Berastagi.

Setelah melewati penatapan, udara semakin dingin, karena kabut cukup tebal dan langitpun mendung. Sampai di simpang tugu jeruk, sebelum kota Berastagi, hujan pun turun, sehingga kami sejenak istirahat untuk berteduh hingga hujan reda. Setengah jam berteduh di sebuah warung di dekat Pagoda Lumbini,  hujan pun berhenti dan kami pun bergegas melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan juga dihiasi gerimis, namun kami tetap saja melaju agar tidak sampai kemalaman.Sekitar jam 5 sore, kami sudah berada di desa tongging, dari sini saya bisa menikmati perbukitan hijau dan Danau toba, selain itu juga melihat air terjun Sipiso-piso dari kejauhan. Pemandangan yang luar biasa dan sulit untuk dilupakan. Terakhir kali ke tongging sekitar tahun 2012, dan akhirnya bisa kembali lagi untuk menikmati ciptaan Tuhan yang maha Kaya. Siapapun yang kesini akan merasa takjub dan tak pernah bosan untuk kembali. Perjalanan terus berlanjut sambil menikmati panorama danau toba yang nan indah.





Pesona Danau Toba dari Silalahi 
Sekitar jam 6 sore, tibalah kami didesa silalahi. Singgah sebentar di sebuah warung kecil untuk sekedar isitirahat setelah perjalanan jauh. Di warung tersebut kami ngobrol-ngobrol dengan penduduk sekitar sekaligus meminta ijin untuk mendirikan tenda diseberang warung kecil ini. Ada sebuah bukit kecil dimana, sangat bagus untuk mendirikan tenda disana, sebab pemandangannya langsung mengarah ke danau toba.
Pesona Danau Toba dari Silalahi 
Sebelum gelap tiba, kamipun bergegas mendirikan tenda dan siap untuk bermalam disini. Selesai mendirikan tenda gelap pun menghampiri dan kami mulai memasak sesuatu untuk makan malam. Merebus air untuk membuat kopi guna menghangatkan tubuh malam itu dan memasak mie instan untuk penganjal perut.. Tak lama berselang, hujan pun turun, meskipun tidak deras, namun hujan terus menemani malam itu hingga pagi tiba. 
Pesona Danau Toba dari Silalahi 
Pagi yang Cerah, mentari bersinar dengan hangat,, namun pagi itu, tubuh terasa ada yang aneh, sebab dari bangun tidur badan terasa gatal-gatal, tidak tahu apa penyebabnya. Tidak tahan dengan gatal, akhirnya tangan ini berkuasa untuk menggaruk, efek buruknya gatal semakin parah dan muncul bentol-bentol besar-besar. Duhh,,,keadaan ini membuat pagi tidak bersemangat dan segera ingin pulang jadinya. 
Pesona Danau Toba dari Silalahi 
Dengan menahan gatal, saya tetap memakai jaket dan sejenak untuk berfoto disekitar tenda, karena gak mau kehilangan moment yang indah dan menarik hanya karena gatal-gatal. Dari tempat kami camping, terlihat jelas Bukit Sipiso-piso yang pagi itu puncaknya diselimuti kabut. Akhirnya setelah sarapan, kami pun membereskan tenda dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Bukan perjalanan untuk pulang, melainkan ke Tugu dan Makam Raja Silahi Sabungan yang tidak jauh dari tempat kami bermalam.
Tugu Silalahi Raja Silahi Sabungan

Tugu Silalahi Raja Silahi Sabungan
Hanya sekitar 10 menit dari tempat kami ngecamp, akhirnya bisa sampai juga Tugu Monasss,, ehh maksudnya Tugu Silalahi. Tugu ini berada di Desa Silalahi, Kecamatan Silahi Sabungan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Di sebelah tugu juga ada rumah Bolon yang merupakan simbol tempat tinggal Raja Silahi dan keluarga saat itu. Pemandangan disini juga bagus,, berada di Pinggiran Danau toba dan bukit hijau yang menawan hati.
Rumah Bolon Raja Silahi Sabungan Desa Silalahi
Wisatawan bisa berbicara langsung dengan pengelola disini untuk mengetahui sejarah lengkap mengenai Raja Silahi Sabungan pada jaman dahulu. Selain itu disekitar sini, kita bisa bermain di pinggiran danau toba atau yang biasa disebut pantai Silalahi. Nah, disitu kita bisa mandi-mandi maupun bermain banana boat.
Pesona Danau Toba dari Silalahi 
Kami Tidak berlama-lama di Tugu Silalahi dan Rumah Bolon ini, karena harus melanjutkan perjalanan pulang ke Medan,  yang bisa memakan waktu hingga 4 jam. Namun, sebelum pulang kami singgah sejenak melihat Air Terjun Sipiso-piso dan makan siang disana. Saat sampai di lokasi objek Wisata Sipiso-piso, pengunjung disana lumayan ramai, karena bertepatan hari Libur.  Kami hanya melihat air Terjun sipiso-piso dari atas saja, tidak turun hingga ke dasar air terjun, karena sudah tahu bakalan memakan waktu lama sekaligus capek yang begitu sangat saat naik nantinya. Hahha
Air Terjun Sipiso-piso
Sekitar pukul 1 siang kami pun bergegas dari sipiso-piso untuk pulang ke Medan dan mengakhiri perjalan kami selama dua hari ini. Demikianlah Cerita singkat tentang  Pesona Danau Toba dari Silalahi, sebuah perjalanan untuk melepas rindu akan suasana dingin, sepi dan tenang. Semoga bermanfaat ^_^..

Senin, 18 September 2017

Gunung Sibayak






Gunung Sibayak di wilayah Kabupaten Karo, Sumatera Utara termasuk salah satu gunung yang asyik didaki. Sebabnya, tanpa harus berhari-hari mendaki, Anda sudah bisa menikmati indahnya pemandangan dari puncak gunung. Gunung Sibayak adalah salah satu gunung berapi di Dataran Tinggi Karo, dengan ketinggian 2.094 mdpl. Puncak tertinggi Gunung Sibayak biasa disebut Takal Kuda. Ini merupakan bahasa Karo yang artinya Kepala Kuda.
Selain nama yang disandang Sibayak cukup terkenal, gunung yang dimilikinya-pun tidak kalah megah dari pengunungan api lainya. Panorama yang tersebar tiada henti disepanjang pendakian menuju puncak turut mengingatkan kita akan kebesaran sang pencipta. Setiap kali orang mendengar nama Sibayak pasti yang terpikir dalam benak mereka adalah kemegahan dan ketersohoran nama gunungnya sampai ke penjuru bumi. Bahkan nama dari salah satu "Hotel berbintang empat" di kota Berastagi, bernama 'Hotel Sibayak.' Sepertinya nama Sibayak mempunyai kebanggaan dan keindahan tersendiri bagi yang menyandangnya.
Gunung Sibayak adalah kelas gunung berapi aktif yang memiliki uap panas. Selain itu, letusan yang terjadi beberapa waktu lalu cukup mengguncang bebatuan di puncak gunung. Kondisi yang cukup “tidak beraturan” pada bebatuan puncak nya ini, justru menjadi keunikan tersendiri yang menarik wisatawan yang senang menguji adrenalinnya untuk berusaha menaklukkan Gunung Sibayak hingga mencapai puncaknya. Pemandangan matahari terbit dari puncak gunung akan membuat anda terperangah. Kilau kemunculan sinar matahari akan menerpa wajah Anda memberikan suasana hangat, menggantikan hawa dingin yang semalaman menyelimuti perjalanan Anda.
Ya, demi melihat sunrise memang ramai pendaki memilih mendaki di malam hari. Idealnya, Anda harus mulai melangkah dari kaki gunung pada pukul 02.00 dini hari. Tidak perlu khawatir, sebab suasana di malam hari tetap akan memukau Anda. Ditambah lagi cahaya-cahaya lampu rumah penduduk yang menerangi langit Gunung Sibayak. Sesaat membuat Anda merasa sedang berada di bulan karena kondisi pijakan selama pendakian yang penuh batuan.
Selain keindahan pemandangan puncaknya, aliran air dari sela-sela batuan gunung akan sangat menyegarkan Anda. Penduduk banyak yang memanfaatkannya sebagai sumber air minum. Air nya dingin dan sangat jernih. Inilah alasan utama sumber air pegunungan yang terus mengalir ini menjadi salah satu sumber air untuk air minum kemasan merek “AQUA”. Dinginnya udara pegunungan dan gelapnya langit bertaburkan ribuan bintang di puncak malah menciptakan suasana alam yang berbeda, seakan membawa kita berhayal tentang permukaan di bulan, karena yang ditemui disana hanyalah pasir, batu-batuan dan kerikil.
Berada di puncak, biasanya pendaki berupaya mencapai salah satu puncak tertinggi Sibayak yang bernama "Takal kuda," diambil dalam bahasa karo yang artinya "Kepala kuda." Puncak Sibayak berada di titik koordinat 97°30'BT dan 4°15'LS. Gunung yang masuk dalam tipe gunung berapi yang masih aktif dengan stato (berlapis) mempunyai uap panas, dari kondisi ini masyarakat menganggap puncak dan kawah gunung tersebut menyimpan sejuta misteri
Selain puncak, daerah kawah tidak kalah uniknya. Selain disekitar kawah ditemukan batu cadas, kawah belerang yang luasnya 200 x 200 meter memiliki solfatara yang senantiasa menyemburkan uap panas. Untuk mengabadikan aktivitas kawah pendaki berlomba-lomba menuruni kawah. Dari kawah akan ditemukan sejumlah keunikan yang dimiliki oleh Sibayak yang amat jarang ditemukan di pegunungan lain. Biasanya kawasan landai di daerah pinggiran kawah dijadikan untuk mendirikan Bivak (Tenda) untuk beristirahat melepaskan lelah seusai mendaki. Biasanya, malam Minggu dan hari libur merupakan musim pendakian ke puncak, dibandingkan dengan hari-hari biasa dan panggilan untuk sesama pendaki di Gunung jika berpapasan atau memerlukan wajib menyebutkan "LESTARI KAK"
Hutan gunung ini masuk dalam hutan lindung berupa hutan alam pengunungan, yang tergabung dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan yang merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Hutan gunung yang masih alami tersebut tergabung dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang merupakan Daerah Tangkapan Air (DTA) bagi masyarakat disekitar gunung dan hutan.
Untuk mencapai puncak Gunung Sibayak, pendaki dapat memasuki tiga pintu rimba dengan menelusuri jalan setapak melalui hutan belantara tropis dan tebing curam, yang ditemui disepanjang kiri-kanan pendakian. Pintu rimba sibayak melalui, Desa Raja Berneh (Semangat Gunung), Jalur 54, Penatapan jagung rebus dan Jaranguda kira-kira 500 meter dari kota berastagi. Ketiga-jalur dapat dicapai dengan angkutan umum dari kota Medan.  Rute pertama bisa dilalui dari kaki Gunung Sibayak di Desa Raja Berneh atau sering disebut sebagai Desa Semangat Gunung. Desa ini berjarak 15 km dari Berastagi. Jalur ini melewati pemandian air panas yang tersebar di sekitar kaki gunung. Di desa ini juga terdapat PT Pertamina yang memanfaatkan sumber panas bumi.
Jalur kedua dapat ditempuh dari kaki Gunung Sibayak dari Desa Jaranguda. Desa ini sangat dekat dari kota Berastagi yakni hanya berjarak 3 km. Bagi pendaki atau wisatawan lebih banyak memilih jalur ini. Jalur ketiga yang terkenal cukup ekstrim adalah jalur 54 yang ditempuh dari kawasan Penatapan yang terletak di jalan raya Medan-Berastagi. Jalur ini berada di KM 54 dari Medan menuju Berastagi. Jalur ini merupakan rute terpanjang dan tergolong ekstrim. Bagi pemula tidak disarankan untuk mendaki lewat jalur ini.
Setiap Tahun di Puncak Gunung Sibayak para Pecinta Alam melakukan kegiatan Upacar memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada Tanggal 17 Agustus, Upacara yang di lakukan setiap Tahun Berlangsung dengan Hikmah dan yang membuat semua kagum saat Upacar berlangsung di bagian mana pun ada berada dan sedang melakukan kegiatan apa pun di Kawasan Puncak Sibayak harus berhenti dan di wajib kan hormat dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya itu lah salah satu Hukum tidak tertulis pada Para Pecinta Alam
Jalan menuju puncak Sibayak sudah terdapat anak-anak tangga dari semen. Namun, tangga-tangga ini terkadang menyulitkan karena menjadi sumber genangan air karena tangga yang berlubang tergerus endapan air hujan. Setelah melewati anak-anak tangga itu, maka akan terdengar desingan suara yang keluar bersamaan dengan asap belerang di kawah Gunung Sibayak. Anda akan dimintai retribusi sebesar Rp 2.000,- per orang sebelum memasuki lokasi gunung. Jadi pastikan Anda telah menyiapkan uang pas untuk membayarnya.
Posisi Gunung Sibayak yang terletak di Kota Berastagi, akan memudahkan Anda untuk mencicipi kuliner-kuliner khas Berastagi yang dijajakan di sepanjang jalan Kota. Anda juga tidak akan kesulitan menemukan tempat penginapan kelas melati hingga hotel berbintang. Hotel yang direkomendasikan dan dekat dengan objek wisata ini yaitu Grand Mutiara Hotel. Tetapi, di lokasi pegunungan ini, tentunya Anda hanya akan bercengkerama dengan alam asri hutan tanpa ada fasilitas modern di dalamnya.






Danau Linting

Sumatera Utara tak hanya memiliki Danau Toba yang keindahannya tersohor ke banyak tempat. Daerah ini juga punya Danau Linting yang tak kalah mengagumkan. Airnya tenang, serta berwarna hijau bersih. Bikin lupa daratan!.




Sumatra Utara ternyata tidak hanya memiliki Danau Toba yang terkenal sebagai danau vulkanik terbesar di dunia. Sumut juga menyimpan banyak lokasi-lokasi wisata yang mempesona selain Danau Toba dan tentu patut untuk dijelajahi.
Danau Linting adalah salah satu pesona wisata yang ada di Sumut. Danau ini terletak di tiga desa yakni Desa Sibunga-Bunga, Desa Gunung Manumpak dan Desa Durian IV Mbelang, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu, Kabupaten Deliserdang.

Untuk menuju ke Danau Linting, pengunjung bisa menggunakan angkutan umum dari terminal Amplas Medan dengan biaya sekitar Rp20.000 per orang. Namun, alangkah lebih baik jika menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun motor.


Menempuh jarak sekitar 70 kilometer, ke Danau Linting ditempuh sekitar dua jam perjalanan dari Medan melalui Delitua dan Patumbak, Deli Serdang. Sepanjang jalan menuju Danau Linting, pemandangan sejuknya perkebunan kelapa sawit, karet dan kakao terhampar di kiri dan kanan jalan.
Kendati bisa dilalui dengan roda empat, jalan menuju Danau Linting cukup memprihatinkan. Akses jalan dengan lebar sekitar dua meter itu berbatu dan berlumpur. Hanya beberapa kilometer jalan menuju desa terakhir yang masih beraspal mulus.
Memasuki wilayah Desa Sibunga-Bunga, tidak ada tanda-tanda keberadaan danau itu. Hanya ada sebuah plang bertuliskan Danau Linting di pinggir jalan. Dari jalan utama, menuju Danau Linting harus menanjak melalui jalanan berbatu yang becek dari aliran air hangat Danau Linting.
Pintu masuk ke Danau Linting dijaga dan pengunjung dikenakan tarif Rp3.000 per orang. Ketika memasuki kawasan Danau Linting, pengunjung langsung disuguhi oleh indahnya pemandangan danau dan pepohonan di sekitarnya.

Danau Linting Deliserdang Sumut
Memang, danau ini belum sohor layaknya Danau Toba. Namun, keindahan alam Danau Linting layak untuk dinikmati para pencinta keindahan alam.
Danau seluas sekitar satu hektar itu berwarna hijau toska, tapi ada juga yang bilang kalau danau itu berwarna biru kehijauan. Danau berair panas itu tidak berbau belerang. Namun, air Danau Linting jika dicicipi masih terasa belerangnya.
Di tepian danau, terdapat pohon-pohon beringin yang besar dan kecil membuat sekitar danau terasa sejuk untuk berkumpul dengan keluarga. Danau ini berwarna hijau toska diduga karena kedalamannya yang cukup dalam.
Hingga saat ini, kedalaman Danau Linting masih menyimpan misteri. Beberapa orang pedagang di sekitar Danau Linting menyatakan belum pernah ada data secara resmi kedalaman danau itu.
Pernah beberapa waktu lalu, seorang peneliti asing mengukur kedalaman danau dengan cara manual. Dia sudah menghabiskan tiga gulung benang sepanjang 100 meter belum kunjung menyentuh dasar danau. Masyarakat sekitar menduga, Danau Linting berbentuk seperti sumur yang sangat dalam.
Untuk itu, jika pengunjung mencoba berenang di danau ini selalu dihimbau untuk tidak ke tengah danau. Pasalnya, di danau ini beberapa kali terjadi insiden pengunjung yang tenggelam. Namun, jika hanya berendam di tepi danau, pengunjung bisa merasakan relaksasi air panas sekitar 30 derajat celcius.
Selain kedalaman danau, cerita pembentukan danau ini juga masih simpang siur. Masyarakat setempat menyimpan cerita mistis yang beredar dari mulut ke mulut. Danau vulkanik ini diceritakan dahulu hanya berupa gundukan bukit yang kemudian dalam waktu sekejap bergetar hebat dan terjadi ledakan sehingga membuat cekungan yang berisi air. Terbentuklah Danau Linting.


Baru sekitar dua tahun terakhir Danau Linting dikunjungi oleh wisatawan. Sebelumnya penduduk setempat tidak berani berenang di danau ini. Mereka tidak berani untuk mendekati kawasan danau. Hingga saat ini belum ada referensi ilmiah yang meneliti tentang pembentukan danau ini.
Di sekitar danau, masyarakat setempat menjajakan makanan dan minuman ringan dengan harga yang terjangkau. Mereka dengan ramah juga menawarkan tikar untuk disewa pengunjung dengan harga Rp10.000-Rp20.000 tergantung ukuran.



Sabtu, 16 September 2017

Rumah Pohon Simarajarunjung

Dengan Menaiki Pohon Cinta di Bukit Indah Simarjarunjung, Anda Dapat Menikmati Pesona Danau Toba. Lokasi Bukit Indah Simarjarunjung (BIS) baru-baru ini muncul sebagai destinasi wisata baru yang hits di Desa Sipintu Angin, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Tak heran, kondisi daratan di perbukitan ini menjadi lokasi bagi masyarakat luas khususnya kaum muda memajakan mata. Daerah ini, sudah banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Bahkan tidak jarang wisatawan mancanegara singgah di lokasi ini guna menyaksikan langsung pemandangan indah Danau Toba yang terlihat jelas di hadapan Anda saat di Bukit Indah Simarjarunjung.
Sambil merasakan kesejukan udara yang cukup dingin menerpa kulit, dan melihat burung-burung imigran datang dari Pulau Samosir di pagi hari, Anda dapat menaiki 4 rumah pohon cinta yang berbentuk love. Dari atas rumah pohon ini, pemandangan hamparan Danau Toba, Pulau Samosir, Desa Tiga Ras, Bukit Barisan nan hijau dan beberapa pulau di pinggiran danau vulkanis terbesar di dunia itu benar-benar menjadi sihir penenang hati dan pikiran.
Belum lagi jika sore hari, hamparan sunset di langit menjadi keindahan tersendiri yang luar biasa menawan. Seperti di Kalibiru, Yogyakarta, rumah pohon di Bukit Indah Simarjarunjung juga jadi ajang para pengunjung untuk berselfie ria. Kalau di Yogyakarta rumah pohon berlatar Waduk Sermo, di Simarjarunjung jelas lebih eksotis lagi karena hamparannya adalah Danau Toba.
Kepada wartawan, Maruli Siahaan, pengusaha BIS pada menuturkan termotivasi untuk membuat Bukit Indah Simarjarunjung (BIS) pertama sekali saat melihat rumah-rumah pohon yang ada di Jogjakarta (Kalibiru). Melihat pemandangan tersebut membuat dirinya memulai mendirikan usaha itu pada tanggal 27 Desember silam. “Idenya ini berasal dari Kali Biru Jawa Tengah. Untuk saat ini sudah 4 rumah pohon cinta yang selesai dibangun,”katanya.
Untuk menikmati rumah pohon ini, pengunjung dapat merogoh kocek Rp5.000/orang untuk durasi 5 menit.
Tak hanya rumah pohon, pengelola juga menyediakan flying fox bagi pengunjung yang ingin menguji adrenalin. Meski cuma berjarak 100 meter, flying fox ini cukup untuk membuat penggunanya menjerit histeris.
Tarif flying fox ini Rp 30 ribu/orang sekali meluncur. Namun untuk dua orang, dapat potongan harga dengan hanya bayar Rp 50 ribu.
Bagi yang suka camping, pengunjung juga boleh mendirikan tenda di lokasi ini. Biayanya cukup Rp 30 ribu/tenda. Meski begitu, pihak pengelola tidak menyediakan tenda di sini.
Selain tarif, ada juga biaya parkir bagi yang membawa kendaraan ke lokasi. Dari pelang yang ada di gerbang masuk itu tertulis biaya masuk roda 4 sebesar Rp 10.000, sedangkan roda 6 sebesar Rp20.000.
Untuk akses ke lokasi, Kamu butuh waktu 2 jam perjalanan dari kota Balige untuk sampai ke lokasi ini. Sementara jika ditempuh dari Kota Parapat hanya butuh 1 jam. Beda lagi jika pengunjung datang dari Pematang Siantar, yang membutuhkan waktu sekira 1,5 jam melalui Simpang Raya atau dari Sidamanik.
Sedangkan dari Kabanjahe, pengunjung butuh waktu 2 jam. Pengunjung tidak perlu khawatir dengan kondisi jalan menuju lokasi ini. Sebab dari semua penjuru, insfraktruktur jalan sudah cukup maksimal alias memadai, meski memang belum ada transportasi umum yang melayani rute ini.
Tetapi dari simpang desa menuju lokasi ini, pengunjung disuguhi jalan sedikit licin dengan tanah liat, namun hanya itu hanya sekira 200 meter saja.
Indah (18) salah seorang pengunjung asal Binjai mengaku sangat puas atas sajian wisata rumah pohon tersebut. “Kami baru saja sampai dari Binjai. Kami kemari mau liburan sekaligus kasih Suprise sama pacar saya yang lagi ulang tahun. Karena disini katanya ada pohon cinta, jadi kami kemari. Saya tau ada pemandangan bagus seperti ini dari Media Sosial (Medsos) Instagram,” kata Indah.
Menurutnya, tarif yang dipatok pengelola tidak terlalu menguras kantong. “Pokoknya ga nyesal datang kemari. Apalagi bagi yang berpacaran, hehehe,” ucap Indah sembari tersenyum melihat pacarnya tersebut.